Sumber : www.johnwinter.net |
Semenjak gue dapet tiket ke Australia, hidup gue jadi gak
tenang (yang tanya gmn caranya gue bisa ke Aussie bisa baca disini). Setiap
orang yang ketemu gue pasti nanyain “Koh, lu pergi ke Australinya kapan ?”
Mulanya sih gue masih santai ngejawabnya, tapi lama-lama kok
sebel juga ya harus jawab pertanyaan yang sama berulang-ulang ? Bahkan orang
yang sama, mengajukan pertanyaan yang sama, dan gue jawab dengan jawaban yang
sama. BERULANG-ULANG…. KOH LU PERGI KE AUSTRALINYA KAPAN ? -___-
Ketika ditanya seperti itu jawaban gue adalah “Gue
juga ga tau kapan”
Loh kok bisa ?
Ya, karena urusan pergi ke Australia (entah knp nulis Australia terasa menyusahkan, jd mulai sekarang gue tulis Ostrali aja ya ? Huehehe)…. tidak selesai begitu saja ketika lu telah punya tiket di tangan lu. Apalagi posisi gue sebagai mahasiswa tingkat akhir kala itu semakin memposisikan gue kedalam jurang kebimbangan yang dalam tiada tara arah dan tujuan hingga tak tau arah jalan pulang. Ada banyak hal yang harus gue urus dan selesaikan sebelum bisa pergi dengan tenang ke Ostrali. Contohnya aja ngurusin Skripsi, ngurus wisuda, ngurus berkas2 kelulusan,
Ada yang ga tau visa
itu apaan ? Itu loh nama penyani terkenal... Visa Panduwinata… BUKAN !!!
Sini biar Koko Sugi yang baik hati ini memberikan sedikit pencerahan kepada kalian. Jadi visa itu gampangnya adalah izin untuk memasuki dan tinggal di suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
Sini biar Koko Sugi yang baik hati ini memberikan sedikit pencerahan kepada kalian. Jadi visa itu gampangnya adalah izin untuk memasuki dan tinggal di suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
Visa itu menentukan sekali apakah u bisa berpergian ke suatu
negara atau tidak. Percuma kalau u punya tiket PP, uang segudang, itikad baik
untuk membangun bangsa dan negara yang akan u kunjungi, dll2, tapi kalau u gak
mengantongi izin masuk a.k.a Visa itu, maka u tidak akan bisa pergi ke negara
tersebut. Kalau u nekat u akan langsung dideportasi ke negara asal atau malah
dipenjara karena dianggap imigran gelap, hiiii !
Sayangnya dari ratusan negara di dunia, hanya 10 negara ASEAN
plus beberapa negara lainnya, yang
mengizinkan pemilik paspor Indonesia untuk masuk ke negaranya tanpa visa (hanya
bermodal paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan). Sisanya, kita harus
bersusah-susah mengajukan permohonan visa, melengkapi berkas-berkas yang ribet,
bayar sejumlah uang, dan belum tentu permohonan kita diterima.
Persoalan visa memang pelik, bahkan di kalangan para traveler
ada semacam pemeringkatan tidak tertulis tentang kedutaan-kedutaan mana yang
tergolong sulit dalam memberikan visa. Dan the
big three yang biasa disebut2 sebagai neraka jahanam visa bagi para
traveler dari Indonesia adalah kedutaan Eropa, Amerika, dan juga AUSTRALIA.
Yup ! Konon kabarnya memang cukup sulit mendapatkan visa Australia,
bahkan biaya untuk pengajuan visa Ostrali itu adalah yang paling mahal dibanding
visa2 yang lainnya. Kalau permohonan visanya ditolak, maka tiada sepeserpun
uang kita yang akan dikembalikan ! Sungguh
teganya dirimu~~ teganya teganya teganya ~~~~
Tidak ada yang tau alasan pasti mengapa permohonan visa bisa
ditolak. Namun ada semacam syarat-syarat yang harus kita miliki untuk
memperbesar kemungkinan permohonan visa kita akan diterima, seperti :
- Uang di rekening harus banyak. Semakin banyak semakin bagus
- Cap imigrasi di paspor harus banyak. Semakin banyak berarti membuktikan bahwa kita sering berpergian dan dipercaya oleh banyak negara untuk berkunjung.
- Ada surat sponsor atau invitation letter dari negara tujuan. Bisa dari perusahaan ataupun teman/keluarga di negara tujuan.
- Punya pekerjaan tetap. Untuk meyakinkan bahwa kita bakalan balik ke negara asal.
Lalu gue berkaca akan kondisi gue, maka di dapatkanlah
kenyataan bahwa gue :
- Tabungan gak banyak-banyak amat. Hasil tabungan sejak lama yang akan segera (dan memang telah) menyusuttttt setelah project #kokoROTI.
- Cap di paspor belum banyak. Hanya negara-negara ASEAN yang notabene gak usah apply visa segala. Riwayat traveling gue sejauh ini masih lebih banyak di dalam negeri => harusnya dapet cap juga nih !
- Gue
gak punya kenalan sama sekali di Ostrali. Ini aja baru mau kesana dalam misi
mencari
pacargebetanteman baru, hehe. - Gue adalah PENGANGGURAN MUDA.
Fakta nomor empat adalah fakta yang paling memberatkan dari
semua fakta yang ada. Karena salah satu alasan kenapa adanya aturan ketat
mengenai visa adalah sebab suatu negara tidak ingin menambah jumlah
pengangguran di negaranya. Nah, gue belum berangkat aja udah jadi
penggangguran; apalagi udah sampe sana ??? Ditambah lagi si pengangguran ini
mau stay di Ostrali selama kurang
lebih 3 minggu => GAK TAU
DIRI !
Gara-gara itu, mulailah gue kepo2 di internet tentang
pengalaman orang-orang yang pernah apply
visa Ostrali. Maksud hati ingin mengafirmasi diri sendiri kalau apply visa Ostrali itu gampang, eh malah
ketemunya cerita-cerita tentang pengajuan visa yang ditolak. Ada yang katanya
punya uang banyak, cap paspor segambreng, dan ngurus visa lewat travel agent ternama tapi visanya di
tolak. Ada yang cuma mahasiswa, duit sedikit, cap paspor juga dikit, tapi
visanya di terima. Ada juga yang udah pedekate 2 bulan, ditolak dalam 2 menit,
dan move on 2 tahun… Ada… Upsss beda topik !
Membaca cerita-cerita tersebut, jadi makin tak tenanglah hidup Koko Sugi ini. Masa gue harus batal ke Ostrali cuma gara2 visa ?
Sebenarnya ada cara mudah yang hampir pasti membuat
permohonan kita diterima. Gak perlu punya uang banyak, cap banyak, dan gaji
tetap. Cuma perlu surat keterangan yang menyatakan bahwa status kita adalah PELAJAR/MAHASISWA
AKTIF…
Qwrsdajwjawjdjwjeqjdasqwasxladalsdl…. Gue baru saja melepas
status sakti itu -__-“… Dari MAHASISWA beralih menjadi PENGANGGURAN MUDA… Huhuhu
Lalu sekarang gue harus bagaimana ?
Sempat terbersit ingin “memalsukan” status mahasiswa gue
dengan memakai surat mahasiwa aktif yang dulu sempat gue buat. Atau gue
menyiasati status pengangguran muda itu dengan bilang kalau gue itu freelancer fotografer gitu atau apalah.
Tapi banyak orang yang bilang kalau kita seharusnya jujur saja dengan kondisi
kita yang sebenarnya, soalnya katanya pihak kedutaan akan benar-benar mengecek
informasi yang kita berikan kepada mereka.
Apabila diketahui kita memberikan data palsu, maka nama kita
akan masuk daftar black list dan
tidak bisa mengajukan visa ke kedutaan tersebut lagi. Bahkan mungkin juga ke
kedutaan lainnya. Kalau kita jujur paling parah permohonan visa kita ditolak,
nunggu beberapa bulan, lalu kita bisa mengajukan permohonan visa yang baru.
Gitu.
Gue cuma bisa pasrah… Kalau emang sudah takdir gue untuk
mengunjungi Ostrali maka apapun yang terjadi pasti gue akan kesana. Tapi kalau
ternyata visa gue ditolak, berarti memang belum saatnya untuk gue bertemu
kangguru di Ostrali.
***
Senin, 28 Oktober 2013
Hari Sumpah Pemuda (sumpah
gue masih muda !), hari kembali masuk kerja, dan hari yang penuh kemacetan
di mana-mana; penuh dengan orang yang terburu-buru bekerja dan perayaan
peringatan Sumpah Pemuda dimana-mana, membuat kota Jakarta semakin penuh sesak.
Hari ini gue membulatkan tekad untuk mengajukan permohonan
visa Ostrali gue. Berbagai dokumen telah gue persiapkan dengan baik, seperti :
- Pas Foto. Gue buat agar gue tampak setampan
mungkin. Saat-saat seperti inilah gue bersyukur bisa motret. Jadinya gue bisa
motret diri gue sendiri, ngedit muka gue sendiri, dan bikin pas foto sendiri.
Hasilnya ? Muka gue tampak seperti artis Korea, meski aslinya tampak seperti
orang kena kolera.
- Formulir permohonan visa. Gue isi selengkap-lengkapnya, sedetail-detailnya, dan sejujur-jujurnya. Berbagai pertanyaan seperti “Kenapa kamu ingin berkunjung ke Australia ?” gue jawab dengan kalimat-kalimat yang puitis… Mirip seperti bikin essay untuk ngajuin beasiswa atau ngelamar kerjaan, meski aslinya pasti gak sebagus kata-katanya *hayo ngaku !* Hahaha. O ya, gue juga ngaku dengan jujur kalau gue itu “Unemployee” tentunya disertai alasan dengan kalimat-kalimat puitis.
- Bukti-bukti pendukung lainnya. Gue sertakan tiket PP Ostrali, bukti bookingan hotel (yang gak tau nanti mesti bayar hotelnya pake apa), piagam Cum Laude (gak ngerti kenapa gue sertain, maksud gue biar dikira anak baik2 & berprestasi gitu, haha) serta surat kelulusan yang bawa-bawa nama Universitas Indonesia (siapa tau nama besar UI akan membantu gue dalam pengajuan visa ini. Amin !)
- Serta berkas-berkas lainnya (paspor, KTP, KK, dll)
***
Senin, 28 Oktober jam 10 pagi
Setelah menghadapi kemacetan Jakarta serta cuaca pagi yang
mendung2 tidak bersahabat, gue tiba di kantor AVAC.
FYI, untuk pengajuan visa Australia kita tidak harus datang ke kedutaan Australia. Kedutaan Australia menunjuk pihak ketiga untuk mengurusi perihal visa ini, yakni AVAC (Australia Visa Application Center). Kantor AVAC ada di Plaza Asia lantai 22. Kalau mau naik kendaraan umum bisa naik kereta sampai stasiun Sudirman lalu lanjut Busway dan turun di halte GBK (Gelora Bung Karno). Ambil rute jembatan penyebrangan menuju sebrang GBK, lalu tinggal jalan kaki sekitar 200 m. Ketemu pertigaan yang pertama lalu menyebrang, bangunan pertama yang akan u temui adalah Plaza Asia, ada di sebelah kiri ya *sampe hapal gue*
Lebih jelasnya mengenai AVAC, klik langsung saja disini.
Sesampainya di kantor AVAC, gue langsung di geledah ! Badan gue pun digrepe2 ! Ini jangan2 satpamnya homo ? Haha. Tapi ngak usah kuatir kok, itu cuma prosedur keamanan yang mesti dijalankan oleh pihak AVAC. Handpone, tab, ataupun laptop diminta untuk dimatikan selama berada di kantor AVAC. Ketat juga gue pikir…
Memasuki AVAC tenyata nomor antrian pemohon individual dan pemohon yang melalui travel agent (pemohon rombongan) dibedakan. Begitu masuk, seketika gue menyadari belum banyak orang Indonesia yang mau ngurus sendiri visanya, terlihat dari jumlah yang jomplang antara pemohon individual dan pemohon rombongan. Tampang pemohon individual pun tampak tegang-tegang, beda sama para travel agent yang ketawa-tawa dan mengobrol satu sama lain.
Gue duduk dan menanti dengan sabar. Di depan gue terpampang jelas-jelas, lebar-lebar, dan besar-besar, foto-foto indah dari benua Australia. Foto-foto yang sangatttt bikin mupeng orang2 untuk mengunjungi benua ini.
Jadi kantor AVAC itu dindingnya penuh dengan potret-potret indah benua Australia. Maksudnya mungkin biar kantornya jadi indah dan kental dengan nuasa Ostralinya. Tapi apa mereka peduli dengan perasaan orang2 yang ditolak visanya setelah terkesima melihat gambar-gambar itu ? Pasti sakit rasanya….. Sakiiitttt ! APA MEREKA PEDULI ?? MEREKA TIDAK PEDULI ! MEREKA TIDAK PEDULIIIII !!! *tenang Koko..tenangggg……*
Gue terus menunggu sambil memikirkan bagaimana sebenarnya perasaanmu padaku…eh.. perasaan orang-orang yang ditolak visanya setelah mereka melihat gambar2 itu, lalu gue juga turut membayangkan apabila gue menjadi salah satu dari mereka… Apabila permohonan visa gue ditolak.. Apabila kamu menolak cintaku… OH NO !!!
Sekitar satu jam gue menunggu akhirnya nomor antrian gue dipanggil *fiuh*
Petugas AVAC memeriksa berkas-berkas gue dan melayani proses permohonan visa gue dengan baik dan ramah. Kira-kira 15 menit proses pengajuan selesai dan hasil dari permohonan visa akan dikirim dalam tenggat waktu 15 hari kerja. Selama itu gue diharap tidak berupaya menghubungi pihak AVAC maupun kedutaan untuk menanyakan perihal pengajuan visa gue.
Gue deg-degan.
Masa-masa menanti kabar permohonan visa adalah masa-masa yang menyebalkan. Sama seperti u nembak cewe tapi cewenya jawab “Aku pikir-pikir dulu ya” dan kalau dijawab seperti itu rasanya semua lelaki pasti ingin bertanya “Aku kurangnya apa sih sehingga kamu ragu untuk menerima cintaku ???”
Dan dijawab “Kurangnya ??? Hmmm kamu itu kurang kaya, kurang pinter, kurang tinggi, kurang tampan, kurang macho, kurang banyak deh pokoknya….”
“Tapi setelah aku pikir-pikir… Aku mau kok nerima semua kekurangan kamu :* ” #ouhhhhhhh
STOP ! Ini kenapa jadi drama gini ??? BALIK KE URUSAN VISA !
Jadi menanti kabar visa kita diterima atau ditolak adalah hal yang tidak mengenakkan. Setiap hari kita dibuat gelisah (geli-geli basah) tentang suatu kabar yang tak jua pasti. Makan gak enak, tidur gak nyenyak, mandi pun tak bisa…. Belakangan diketahui bahwa air PAM memang sedang mati.
Pokoknya perasaan ini menjadi terombang-ambing dengan rupa-rupa angin prahara kehidupan… Gak kebayang kalo visa gue ditolak, maka hancur leburlah rencana perjalanan gue ke Ostrali, sia-sialah tiket gratis yang telah gue dapat, dan yang paling penting KEMBALIKAN DUIT GUE !!!! Visa oh visa…..
FYI, untuk pengajuan visa Australia kita tidak harus datang ke kedutaan Australia. Kedutaan Australia menunjuk pihak ketiga untuk mengurusi perihal visa ini, yakni AVAC (Australia Visa Application Center). Kantor AVAC ada di Plaza Asia lantai 22. Kalau mau naik kendaraan umum bisa naik kereta sampai stasiun Sudirman lalu lanjut Busway dan turun di halte GBK (Gelora Bung Karno). Ambil rute jembatan penyebrangan menuju sebrang GBK, lalu tinggal jalan kaki sekitar 200 m. Ketemu pertigaan yang pertama lalu menyebrang, bangunan pertama yang akan u temui adalah Plaza Asia, ada di sebelah kiri ya *sampe hapal gue*
Lebih jelasnya mengenai AVAC, klik langsung saja disini.
Sesampainya di kantor AVAC, gue langsung di geledah ! Badan gue pun digrepe2 ! Ini jangan2 satpamnya homo ? Haha. Tapi ngak usah kuatir kok, itu cuma prosedur keamanan yang mesti dijalankan oleh pihak AVAC. Handpone, tab, ataupun laptop diminta untuk dimatikan selama berada di kantor AVAC. Ketat juga gue pikir…
Memasuki AVAC tenyata nomor antrian pemohon individual dan pemohon yang melalui travel agent (pemohon rombongan) dibedakan. Begitu masuk, seketika gue menyadari belum banyak orang Indonesia yang mau ngurus sendiri visanya, terlihat dari jumlah yang jomplang antara pemohon individual dan pemohon rombongan. Tampang pemohon individual pun tampak tegang-tegang, beda sama para travel agent yang ketawa-tawa dan mengobrol satu sama lain.
Gue duduk dan menanti dengan sabar. Di depan gue terpampang jelas-jelas, lebar-lebar, dan besar-besar, foto-foto indah dari benua Australia. Foto-foto yang sangatttt bikin mupeng orang2 untuk mengunjungi benua ini.
Jadi kantor AVAC itu dindingnya penuh dengan potret-potret indah benua Australia. Maksudnya mungkin biar kantornya jadi indah dan kental dengan nuasa Ostralinya. Tapi apa mereka peduli dengan perasaan orang2 yang ditolak visanya setelah terkesima melihat gambar-gambar itu ? Pasti sakit rasanya….. Sakiiitttt ! APA MEREKA PEDULI ?? MEREKA TIDAK PEDULI ! MEREKA TIDAK PEDULIIIII !!! *tenang Koko..tenangggg……*
Gue terus menunggu sambil memikirkan bagaimana sebenarnya perasaanmu padaku…eh.. perasaan orang-orang yang ditolak visanya setelah mereka melihat gambar2 itu, lalu gue juga turut membayangkan apabila gue menjadi salah satu dari mereka… Apabila permohonan visa gue ditolak.. Apabila kamu menolak cintaku… OH NO !!!
Sekitar satu jam gue menunggu akhirnya nomor antrian gue dipanggil *fiuh*
Petugas AVAC memeriksa berkas-berkas gue dan melayani proses permohonan visa gue dengan baik dan ramah. Kira-kira 15 menit proses pengajuan selesai dan hasil dari permohonan visa akan dikirim dalam tenggat waktu 15 hari kerja. Selama itu gue diharap tidak berupaya menghubungi pihak AVAC maupun kedutaan untuk menanyakan perihal pengajuan visa gue.
Gue deg-degan.
***
Masa-masa menanti kabar permohonan visa adalah masa-masa yang menyebalkan. Sama seperti u nembak cewe tapi cewenya jawab “Aku pikir-pikir dulu ya” dan kalau dijawab seperti itu rasanya semua lelaki pasti ingin bertanya “Aku kurangnya apa sih sehingga kamu ragu untuk menerima cintaku ???”
Dan dijawab “Kurangnya ??? Hmmm kamu itu kurang kaya, kurang pinter, kurang tinggi, kurang tampan, kurang macho, kurang banyak deh pokoknya….”
“Tapi setelah aku pikir-pikir… Aku mau kok nerima semua kekurangan kamu :* ” #ouhhhhhhh
STOP ! Ini kenapa jadi drama gini ??? BALIK KE URUSAN VISA !
Jadi menanti kabar visa kita diterima atau ditolak adalah hal yang tidak mengenakkan. Setiap hari kita dibuat gelisah (geli-geli basah) tentang suatu kabar yang tak jua pasti. Makan gak enak, tidur gak nyenyak, mandi pun tak bisa…. Belakangan diketahui bahwa air PAM memang sedang mati.
Pokoknya perasaan ini menjadi terombang-ambing dengan rupa-rupa angin prahara kehidupan… Gak kebayang kalo visa gue ditolak, maka hancur leburlah rencana perjalanan gue ke Ostrali, sia-sialah tiket gratis yang telah gue dapat, dan yang paling penting KEMBALIKAN DUIT GUE !!!! Visa oh visa…..
***
Jumat, 8 November 2013
Gue terbangun pagi hari, seperti kebiasaan anak baik nan
tampan yang lainnya. Pagi itu entah kenapa setelah bangun tidur gue
berinisiatif untuk mengecek e-mail
gue padahal sudah lama gue gak mengecek e-mail
lagi. Terakhir gue cek belum ada notifikasi mengenai hasil permohonan visa gue.
Yang gue tau, terakhir permohonan visa gue sudah sampai di kedutaan besar
Ostrali dan sedang mereka proses.
Hari itu gue tergoda
untuk mengecek kembali. Berharap hasil permohonan visa gue telah keluar.
Berharap sebuah kabar baik akan datang pagi itu.
Dengan mata masih 5 watt, gue mengecek e-mail dan perhatian gue tertuju pada e-mail dari kantor imigrasi Australia. Mata gue langsung melek.
Terdapat sebuah file attachment
lalu gue download. Dag dig dug…dag dig dug… APAKAH HASILNYA ?
Gue buka file tersebut, gue lihat nama gue, dan status
permohonan visa gue => GRANTED
!!! alias DITERIMA !
YIPEEEEEEEE !!!
Pagi itu rasanya gue dapat suntikan semangat yang tidak tidak
terkira. Rasanya bahagiaaaaa sekaliiiii…. Pengen jingkrak-jingkrak, pengen
jungkir balik, pengen loncat dari gedung lantai 50 !!! Eh ga jadi ding… entar
kalo gue koid gak jadi ke Ostrali dong ? Hehe.
Yup ! Syarat terakhir untuk keberangkatan
ke Ostrali kini telah terpenuhi. Sekarang tinggal menghitung hari menuju
keberangkatan gue ke negeri kangguru :)
Semakin mendekati hari keberangkatan, gue kembali semakin
deg-degan. Tapi kali ini bukan karena grogi, melainkan karena excited tentang hal-hal baru apa lagi
yang akan gue temui. Tentang petualangan-petualangan seperti apa lagi yang akan
gue jalani :)
YES AUSTRALIA I’M COMING !!! :D
Ada yang mau
nitip oleh-oleh ? Hehehe
PS : Btw, kalau kalian ingin oleh-oleh
dari Ostrali bisa coba klik di sini. Gue
iseng-iseng bikin quiz oleh-oleh karena suka bingung harus bawa oleh-oleh apa,
hehe. Kasitau gue oleh-oleh apa yang unik dan menarik dari negri Ostrali. Siapa
tau kalian beruntung dan gue bisa bawa pulang oleh-oleh seperti yang kalian
harapkan :)
Gw mau postcard di sidney trus difoto dong ada tulisan pratiwi ayuningtyas will be here.
BalasHapusDi queensland jugaa
Aaaaa kokooooohhhhh